Pada lain pihak, Biopolitik Neo Darwinis fokus pada perilaku manusia sebagai individu dalam politik. Beberapa pandangan Biopolitik Neo Darwinis sebagai berikut:
Paradigma Biopolitik Neo Darwinis 1
Biopolitik menentang tiga asumsi yang menjadi standar dalam ilmu sosial, termasuk politik yaitu: (1) Bahwa manusia tidak punya kecenderungan perilaku bawaan; (2) Bahwa sifat manusia murni dihasilkan oleh proses sosialisasi dan pembelajaran atau nurture; dan (3) Bahwa sifat manusia pada dasarnya dapat dibentuk.
Guna menentang ketiga asumsi ini, biopolitik menyatakan bahwa manusia memiliki kecenderungan primata sebagai konsekuensi logis dari proses evolusi mereka menjadi Homo sapiens. Sifat manusia adalah given dan serupa dengan sifat-sifat primata kelas tinggi lainnya. Oleh sebab itu aturan-aturan sosial justru dibuat guna membatasi atau --- kalau bisa, tetapi agak mustahil --- bahkan menghilangkan sifat-sifat bawaan ini. Biopolitik juga menyatakan sifat dasar manusia adalah sulit – kalau bukan tidak mungkin – dibentuk, serupa dengan upaya mengubah "noktah tutul" di kulit seekor "macan tutul."
Sumber: Albert Somit, "Biology and Political Science" dalam George Thomas Kurian, eds., et.al., The Encyclopedia of Political Science (Washington: CQ Press, 2011) p. 138-9.
Paradigma Biopolitik Neo Darwinis 2
Terdapat kecenderungan serupa antara perilaku politik manusia dengan kelompok primata terdekat manusia, terutama simpanse, gorilla, dan bonobo, yaitu terdapatnya aneka -pola struktur sosial bersifat hirarkis dalam komunitas yang ditandai adanya dominasi atas dan juga penyerahan oleh bawah (submission), pencarian status, agresi, egoisme, penolakan untuk hidup selibat, tidak tegasnya komitmen untuk monogami, xenophobia, etnosentrisme, dan favoritisme-nepotistik.
Sumber: Albert Somit, "Biology and Political Science" dalam George Thomas Kurian, eds., et.al., The Encyclopedia of Political Science (Washington: CQ Press, 2011) p. 138-9.
Paradigma Biopolitik Neo Darwinis 3
Pola-pola kehidupan kelompok kera besar tidak jauh berbeda dengan perilaku politik real di mana terjadi stratifikasi sosial, mekanisme dominasi-submisi, perjuangan abadi merebut kekuasaan, upaya pemeliharaan status quo, upaya penghancuran status quo, inherennya konflik kepentingan antarindividu bahkan di dalam unit-unit organisi yang sepatutnya bekerja sama. Pola-pola seperti ini dapat diamati dalam hubungan antar kelompok-kelompok kera besar yang sifatnya kompetitif seperti simpanse dan gorilla yang patriarkis dan bonobo yang matriarkis.
Sumber : Johan M.G. van der Dennen, "The Biopolitics of the Primates" dalam Steven A. Peterson and Albert Somit, eds., Biology and Politics: The Cutting Edge (Bingley: Emerald Group Publishing, 2011) pp. 53.96.
Paradigma Biopolitik Neo Darwinis 4
Biopolitik Neo Darwinis mengasumsikan bahwa aneka perilaku primata besar terdapat dalam pola perilaku politik manusia sehingga perilaku politik manusia – dari sisi evolutif - dapat dikatakan serupa dengan kelompok-kelompok primata kelas tinggi dan ini merupakan implikasi dari warisan genetik yang berasal dari tahap evolusi pra homo sapiens dan ternyata masih berlaku pada tahap homo sapiens.
Sumber: Albert Somit, "Biology and Political Science" dalam George Thomas Kurian, eds., et.al., The Encyclopedia of Political Science (Washington: CQ Press, 2011) p. 138-9.
![]() |
https://www.bbc.com/news/uk-politics-41612352 |
Paradigma Biopolitik Neo Darwinis 2
Terdapat kecenderungan serupa antara perilaku politik manusia dengan kelompok primata terdekat manusia, terutama simpanse, gorilla, dan bonobo, yaitu terdapatnya aneka -pola struktur sosial bersifat hirarkis dalam komunitas yang ditandai adanya dominasi atas dan juga penyerahan oleh bawah (submission), pencarian status, agresi, egoisme, penolakan untuk hidup selibat, tidak tegasnya komitmen untuk monogami, xenophobia, etnosentrisme, dan favoritisme-nepotistik.
Sumber: Albert Somit, "Biology and Political Science" dalam George Thomas Kurian, eds., et.al., The Encyclopedia of Political Science (Washington: CQ Press, 2011) p. 138-9.
Paradigma Biopolitik Neo Darwinis 3
Pola-pola kehidupan kelompok kera besar tidak jauh berbeda dengan perilaku politik real di mana terjadi stratifikasi sosial, mekanisme dominasi-submisi, perjuangan abadi merebut kekuasaan, upaya pemeliharaan status quo, upaya penghancuran status quo, inherennya konflik kepentingan antarindividu bahkan di dalam unit-unit organisi yang sepatutnya bekerja sama. Pola-pola seperti ini dapat diamati dalam hubungan antar kelompok-kelompok kera besar yang sifatnya kompetitif seperti simpanse dan gorilla yang patriarkis dan bonobo yang matriarkis.
Sumber : Johan M.G. van der Dennen, "The Biopolitics of the Primates" dalam Steven A. Peterson and Albert Somit, eds., Biology and Politics: The Cutting Edge (Bingley: Emerald Group Publishing, 2011) pp. 53.96.
Paradigma Biopolitik Neo Darwinis 4
Biopolitik Neo Darwinis mengasumsikan bahwa aneka perilaku primata besar terdapat dalam pola perilaku politik manusia sehingga perilaku politik manusia – dari sisi evolutif - dapat dikatakan serupa dengan kelompok-kelompok primata kelas tinggi dan ini merupakan implikasi dari warisan genetik yang berasal dari tahap evolusi pra homo sapiens dan ternyata masih berlaku pada tahap homo sapiens.
Konsekuensi logis adanya warisan genetis mendorong para pendukung Bio Politik Neo Darwinis menyatakan bahwa perilaku politik lebih ditentukan oleh unsur nature ketimbang nurture. Kendati demikian, Bio Politik Neo Darwinis tetap positif dengan memandang bahwa nurture adalah upaya Homo sapiens dalam membatasi dampak eksistensi unsur nature dalam kelompok manusia karena ia merupakan beban yang tidak bisa ditanggalkan selama proses evolusi.
Sumber : Johan M.G. van der Dennen, "The Biopolitics of the Primates" dalam Steven A. Peterson and Albert Somit, eds., Biology and Politics: The Cutting Edge (Bingley: Emerald Group Publishing, 2011) pp. 53-96.
Paradigma Biopolitik Neo Darwinis 5
Biopolitik Neo Darwinis memandang proses politik lebih sebagai mekanisme tradeoff bukan solutif. Artinya, dalam setiap proses politik, tatkala para aktor membuat aneka kesepakatan ataupun melaksanakan undang-undang maka kegiatan tersebut lebih didorong oleh motif apa yang akan kami peroleh dan apa yang akan hilang dari kekuasaan kami ketimbang kesungguhan benar-benar guna mencari solusi atas masalah.
Sumber : Johan M.G. van der Dennen, "The Biopolitics of the Primates" dalam Steven A. Peterson and Albert Somit, eds., Biology and Politics: The Cutting Edge (Bingley: Emerald Group Publishing, 2011) pp. 53-96.
Paradigma Biopolitik Neo Darwinis 5
Biopolitik Neo Darwinis memandang proses politik lebih sebagai mekanisme tradeoff bukan solutif. Artinya, dalam setiap proses politik, tatkala para aktor membuat aneka kesepakatan ataupun melaksanakan undang-undang maka kegiatan tersebut lebih didorong oleh motif apa yang akan kami peroleh dan apa yang akan hilang dari kekuasaan kami ketimbang kesungguhan benar-benar guna mencari solusi atas masalah.
Egoisme, naluri untuk berkuasa, naluri mendominasi, pengambilan keuntungan di saat-saat sulit, mekanisme koalisi-aliansi, merupakan pola-pola yang juga ditemukan dalam kehidupan kelompok primata kelas tinggi yang secara persis juga ditemui dalam aneka kelompok manusia. Maka dari itu stabilitas, menurut Bio Politik Neo Darwinis, hanya akan terjadi jika sebagian kelompok bersedia menjalani submission atau penyerahan kepada dominasi pihak lain. Selama submission tidak ada, maka tidak akan ada pula stabilitas politik karena naluri dasar Homo sapiens baik secara pribadi maupun kelompok adalah agresif, bersaing secara naluriah, dan selalu ingin mendominasi.
Sumber: Johan M.G. van der Dennen, "The Biopolitics of the Primates" dalam Steven A. Peterson and Albert Somit, eds., Biology and Politics: The Cutting Edge (Bingley: Emerald Group Publishing, 2011) pp. 53-96.
Sumber: Johan M.G. van der Dennen, "The Biopolitics of the Primates" dalam Steven A. Peterson and Albert Somit, eds., Biology and Politics: The Cutting Edge (Bingley: Emerald Group Publishing, 2011) pp. 53-96.
0 Komentar
Silakan tulis komentar Anda.