Sebab itu, kajian psikologi atau biologi dianggap tidak pernah bisa menangkap inti pengalaman sosial seseorang. Segera setelah dibentuk oleh sekumpulan orang, masyarakat seterusnya bergerak secara mandiri. Bahkan, masyarakat menuntut kepatuhan dari orang-orang yang telah membentuknya.
Bagi Durkheim, struktur sosial adalah pola perilaku manusia yang meliputi norma, nilai, dan kepercayaan. Pola perilaku tersebut dikodifikasi di dalam budaya. Struktur sosial juga disebut Durkheim sebagai fakta sosial. Fakta sosial adalah struktur sosial yang benar-benar ada di luar individu, sifatnya permanen, bukan tren. Selain struktur, masyarakat juga punya fungsi.
Bagi Durkheim, struktur sosial adalah pola perilaku manusia yang meliputi norma, nilai, dan kepercayaan. Pola perilaku tersebut dikodifikasi di dalam budaya. Struktur sosial juga disebut Durkheim sebagai fakta sosial. Fakta sosial adalah struktur sosial yang benar-benar ada di luar individu, sifatnya permanen, bukan tren. Selain struktur, masyarakat juga punya fungsi.
Fungsi ini memastikan masyarakat mampu beroperasi. Salah satu fakta sosial adalah kriminalitas. Bagi Durkheim, secara sosial fungsi kriminalitas tidaklah abnormal. Eksisnya kriminalitas menunjukkan kemampuan masyarakat dalam mendefinisikan moralitas. Sanksi yang diberikan sanksi masyarakat atas para pelaku kriminal menunjukkan eksistensi norma sosial yang harus dipatuhi setiap anggotanya.
![]() |
Emile Durkheim Foto dari: https://www.enlacejudio.com/2016/11/15/emile-durkheim-padre-la-sociologia-murio-dia-hoy-1917/ |
Durkheim juga menyatakan, masyarakat tidak hanya berada di luar individu melainkan juga di dalamnya. Personalitas pribadi merupakan representasi masyarakat di dalam diri individu. Konsekuensi logisnya, apa pun yang individu lakukan, bayangkan, pikirkan, putuskan, sesungguhnya dipengaruhi apa yang masyarakat injeksikan kepadanya. Masyarakatlah yang mengatur apa yang boleh diinginkan individu, bagaimana cara mencapainya, serta apa saja batasannya.
Durkheim juga menyorot integrasi sosial. Pandangan menarik Durkheim mengenai ini adalah kasus bunuh diri. Menurut Durkheim, bunuh diri lebih banyak terjadi dalam masyarakat yang lemah integrasi sosialnya. Dalam sebuah penelitian – dimuat dalam karya tulisnya, Suicide – tingkat bunuh diri rendah di kalangan masyarakat Katolik ketimbang Protestan. Bagi Durkheim penyebabnya adalah, penekanan kolektivitas pada masyarakat Katolik lebih besar, sementara Protestan lebih kepada individualitas.
Durkheim berbeda dengan Weber dalam memandang konsep masyarakat tradisional dan modern. Bagi Durkheim, masyarakat modern punya pembatasan yang lebih sedikit atas individu ketimbang yang dilakukan masyarakat tradisional. Akibat sedikitnya keterlibatan masyarakat atas individu modern, masyarakat modern cenderung menciptakan anomi. Anomi adalah kondisi di mana individu hanya sedikit mendapat bimbingan moral dari masyarakat. Akibat anomi, tingkat perceraian, kehamilan di luar nikah, bunuh diri, stres dan depresi individual lebih banyak terdapat di masyarakat modern ketimbang tradisional.

Durkheim juga mengomparasikan kohesi sosial antara masyarakat tradisional dengan modern. Komparasi Durkheim lakukan atas aspek solidaritas sosial. Pada masyarakat praindustrial, tradisi bertindak sebagai perekat sosial (kohesi) masyarakat. Masyarakatnya mengembangkan solidaritas-mekanik. Solidaritas-mekanik adalah ikatan sosial berdasarkan nilai-nilai moral dan sentimen bersama dan masih kuat dianut serta dipatuhi oleh para anggota masyarakat. Solidaritas-mekanik sekaligus merupakan produk kesamaan struktur, okupasi, dan proses sosial masyarakat.
Dalam masyarakat industri, kepadatan moral (moral density) meningkat. Peningkatan berakibat pada melemahnya solidaritas-mekanik yang membuat individu merasa tidak lagi terikat tradisi. Sebagai penggantinya – di masyarakat modern – muncul solidaritas-organik yaitu ikatan sosial berdasarkan spesialisasi dan kesalingbergantungan okupasi antar anggota masyarakat.
Perbedaan spesialisasi kerja (okupasi) pada masyarakat modern membuat para anggotanya saling bergantung satu sama lain. Ketergantungan bukan karena punya nilai, norma, atau budaya serupa melainkan kepentingan okupasi.
Transaksi antar kepentingan okupasi direkat oleh uang. Dalam membangun rumah misalnya, terdapat sejumlah profesi yang saling bergantung seperti arsitek, mandor, teknik sipil, tukang listrik, tukang pipa, buruh bangunan kasar, ataupun pejabat yang mengurus IMB. Mereka tidak bisa bekerja sendiri dalam mendirikan suatu bangunan, dan mereka hanya mau bekerja jika kompetensi masing-masing diimbali dengan uang.
[]John J. Macionis, Sociology, 14th Edition (Boston: Pearson, 2011) p. 92-4.
[]John J. Macionis, Sociology, 14th Edition (Boston: Pearson, 2011) p. 92-4.
0 Komentar
Silakan tulis komentar Anda.